Pada dasarnya semua orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Tidak ada orangtua yang dengan sengaja menjerumuskan anaknya kedalam lembah hitam kehidupan. Namun adakalanya tanda disadari orangtua justru membuat anaknya terperangkap dalam suatu pemikiran yang keliru.
Perangkap mental yang pertama adalah "Harus Menjadi Yang Terbaik Dalam Segala Hal"
Pada saat orangtua tidak menerima hasil usaha dari anaknya dikarenakan hasilnya kurang memuaskan, biasanya orangtua akan memarahi anaknya agar hasil usahanya memuaskan. Hal ini akan membuat sang anak berpikir bahwa ketika sang anak membuat hasil yang tidak memuaskan, maka ia akan mendapat hukuman dari orangtuanya. Sehingga ia akan merasa telah mengecewakan kedua orangtuanya dan diri mereka sendiri. Akhirnya sang anak akan berfikir untuk bisa menghasilkan segala hal dengan sempurna untuk memenuhi tuntutan dari orangtuanya sekalipun ia sama sekali tidak berminat dalam bidang itu. Hal ini tentunya akan membuat sang anak merasa tertekan.
Beberapa orang dewasa yang telah tertanam perangkap mental ini sejak masih anak anak, akan cenderung memunculkan sifat mudah marah atau depresi ketika merasa tidak mampu memenuhi apa yang diharapkan orang lain pada dirinya.
Untuk menghindari efek dari perangkap mental ini, anak anak perlu diperkenalkan dengan berbagai bidang agar mereka bisa mengeksplorasi minat mereka. Dan beri pemahaman pada mereka bahwa setiap orang punya minatnya masing masing yang berbeda beda dan memiliki kombinasi kelebihan dan kelemahan yang unik pada tiap manusia.
KASUS
Seorang ibu membawa kedua putranya ke kantor saya. Ibu ini berfikir mungkin telah terjadi sesuatu yang 'salah' terjadi pada mereka. Putra ibu yang berumur 8 tahun memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil. Menurut ibu tersebut, anak itu tidak menunjukkan minat pada olahraga, tetapi lebih memilih menghabiskan waktu di depan komputer. Sepertinya Ia memiliki bakat di bidang IT. Sementara adik perempuannya lebih menyukai bidang atletik dan menjauhkan diri dari dunia keperempuanan.
Orang tua anak-anak tersebut telah menghabiskan banyak waktu dan energi untuk memaksa putra mereka ke dalam kegiatan olahraga dan mendorong putri mereka agar keluar dari aktivitas yang disenanginya. Hasilnya dua anak tersebut merasa harga diri mereka jatuh ketika tidak berhasil dalam aktivitas pilihan orang tua mereka. Saya menganjurkan agar sang ibu membiarkan anak anaknya menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas aktivitas yang diminati dan sesuai dengan bakat mereka.
Beberapa tahun kemudian ibu kedua anak tersebut menelepon saya. Ibu tersebut menceritakan bahwa putrinya menjadi juara lomba atletik tingkat pelajar di kotanya, sedangkan putranya baru-baru ini berhasil membuat suatu program game PC dan sudah dikontrak oleh sebuah perusahaan IT yang cukup besar untuk didistribusikan. Sungguh mengharukan!!
No comments:
Write comments