Wednesday, July 27, 2016

Mengapa Manusia Butuh Bersosialisasi?

sosialisasi
Bersosialisasi
Mungkin banyak diantara orang orang yang bertanya, sebenarnya mengapa manusia butuh bersosialisasi? lalu apa yang terjadi kalau manusia tidak bersosialisasi?

Seorang psikolog dan fisikawan asal austria, Alfred Adler mencoba menjawab pertanyaan ini melalui sebuah teori yang dicetuskannya yang ia beri nama psikologi individual. Adler mengatakan bahwa ada daya motivasi yang mendorong manusia berperilaku. Daya motivasi itu dinamakan "dorongan superioritas (menuju kesempurnaan)". Dorongan tersebut semakin membuat manusia semakin dekat dengan apa yang diidealkan. Hal ini berlawanan dengan yang dikatakan oleh Sigmund Freud bahwa kehidupan masa kini itu dipengaruhi oleh masa lalu seperti trauma masa kecil menyebabkan kehidupan kita saat ini berantakan. Sedangkan menurut Adler justru dorongan motivasi untuk mencapai kesempurnaan di masa depanlah yang menjadi penentu masa kini. Untuk mendukung dorongan menuju kesempurnaan, Adler menyatakan bahwa ada ide lain yakni minat sosial yang akan menjadi pertimbangan seseorang dalam mencapai kesempurnaan itu. Inti dari teori psikologi individual ini yaitu sesungguhnya manusia itu lahir dengan tubuh yang lemah dan perasaan inferior, oleh karena itu manusia butuh menyatu dengan manusia lain.

Prinsip Prinsip Psikologi Individual

Superioritas
Lahirnya teori psikologi individual juga dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya Adler. Adler dari kecil fisiknya lemah dan sakit sakitan, oleh sebab itu ia bersaing dengan kakak laki lakinya yang fisiknya sehat. Oleh sebab itu psikologi individual mengajarkan bahwa seseorang memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menyebabkan perasaan inferior. Oleh sebab itu terbentuk sebuah rasa ingin menjadi superioritas.

Adler berpendapat bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh tujuan akhir. Pada awalnya orang orang mengejar tujuan awal, namun setelah mengetahui tujuan akhir, orang tersebut perilakunya akan lebih terarah.

Superioritas manusia muncul karena ingin menolong orang lain dan memandang orang lain bukan sebagai lawan, melainkan pihak yang dapat diajak bekerjasama mencapai kepentingan sosial. Namun orang yang ingin mencapai tujuan pribadi daripada tujuan untuk kepentingan umum, maka hal tersebut sudah dikategorikan dalam perkembangan yang abnormal. Superioritas pribadi muncul karena rasa inferioritas yang berlebihan seperti misalnya para pencuri, mereka memiliki rasa minder yang amat besar pada orang lain dalam bidang ekonomi, oleh sebab itu untuk menutupi inferioritasnya dan untuk mencapai superioritas dengan cara mencuri tersebut.

Persepsi Subjektif
Untuk mengatasi inferioritas seseorang lebih menggunakan persepsi subjektif yang belum tentu sesuai dengan kenytaan. Atau biasanya merupakan harapan masa depan. Kepribadian manusia terbentuk oleh bagaimana persepsinya terhadap masa depan. Tujuan akhir akan membentuk gaya hidup dan membentuk kepribadian menjadi kesatuan. Dan kalau tujuan itu dipahami, maka  akan memberi tujuan kepada setiap tingkah laku. Misalnya saja seseorang yang sadar bahwa tujuan akhirnya adalah akhirat (kehidupan setelah mati) maka segala bentuk tingkah lakunya bertujuan untuk akhirat.

Kesatuan Kepribadian
Adler memandang bahwa kepribadian merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga pikiran, perasaan dan tindakan mengarah pada satu tujuan. Ada 2 cara untuk mengenali kesatuan kepribadian manusia.

  • Bahasa Organ
  • Ketika salah satu organ tubuh kita bermasalah, maka akan mengganggu kinerja organ tubuh yang lain. Misalnya jika hidung tidak mampu menyaring udara, maka akan mengganggu paru paru. Kemudian bahasa organ juga bisa dipengaruhi oleh psikologis seseorang. Misalnya seorang anak sebenarnya sangat tidak menyukai apa yang disuruh orangtuanya, namun anak itu melakukannya karena takut. Pada saat bangun di pagi hari anak tersebut ngompol hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Dalam artian "tubuh berusaha memberontak melalui bahasa organ untuk menunjukkan ketidaksetujuannya". 

  • Kesadaran Dan Ketidaksadaran
  • Pikiran sadar itu yang dipahami oleh seseorang untuk mencapai kesuksesan, sedangkan pikiran bawah sadar itu meliputi tujuan final yang belum dipahami oleh individu tersebut. Apapun yang dianggap tidak membantu akan ditekan ke bawah sadar. Namun pikiran itu disadari atau tidak tujuannya untuk mencapai superioritas.
Minat Sosial
Orang yang minat sosialnya berkembang dengan baik, ia berjuang bukan untuk superioritas pribadi, melainkan untuk melainkan untuk memajukan kepentingan sosial.

Perkembangan Minat Sosial

Meskipun minat sosial itu ada sejak lahir, hal itu terlalu lemah untuk berkembang dengan sendirinya. Maka dari itu tugas ibulah yang mengembangkan potensi minat sosial tersebut. Hal ini karena sejak dalam kandungan, bayi sudah memiliki kesatuan dengan ibunya, bahkan setelah lahirpun bayi ingin mempertahankan kesatuan itu melalui menyusu pada ibunya. Bayi sangat tergantung pada ibunya untuk memuaskan kebutuhan fisik dan psikologisnya.

Karena minat sosial dikembangkan oleh hubungan ibu anak, maka kadar minat sosial tiap anak berbeda beda. Ibu seharusnya memegang prinsip untuk lebih fokus pada kesejahteraan anak, bukan keinginan ibu. Hubungan cinta yang berkembang bbaik berasal dari rasa kepedulian terhadap orang lain. Ibu yang paham bagaimana memberi dan menerima cinta dari orang lain tidak akan kesulitan untuk memperluas minat sosial anaknya.

Dengan mengamati minat sosial ibunya, anak akan sadar bahwa ada orang lain selain dirinya dan ibunya yang lebih penting. Ibu harus seimbang dalam memberi cinta terhadap anak, suami dan masyarakat. Jika ibu berlebihan memberi cinta pada anak, maka anak menjadi dimanja, sementara jika ibu lebih cinta suami dan masyarakat, anak akan menjadi terabaikan. Kedua kesalahan itu menghambat kemampuan kerjasama pada anak.

Ayah adalah orang penting kedua setelah ibunya. Dia punya fungsi yang sulit dan hanya sedikit ayah yang berhasil. Dia harus punya sikap yang baik terhadap istri, pekerjaan dan masyarakat. Ayah yang ideal adalah yang bekerjasama dengan istrinya dalam mendidik anak. menurut Adler ayah sukses tidak melakukan dua kesalahan yaitu mengabaikan anak dan otoriter, karena kesalahan keduanya menghambat perkembangan minat sosial anak.

Kesalahan yang pertama, anak akan merasa diabaikan dan akan timbul kasih sayang yang neurotik kepada ibunya. Anak juga akan mencari tujuan superioritas pribadi. Kesalahan kedua, Orangtua otoriter juga memungkinkan anaknya memiliki gaya hidup yang neurotik. Ayah melihat ayahnya sebagai seseorang yang berjuang untuk mendapatkan kekuasaan untuk superioritas pribadi.

Dampak dari lingkungan sosial akan sangat berpengaruh. Sejak anak berusia lebih dari 5 tahun, peran hereditas (keturunan) akan mulai kabur. Jika ia belajar, maka bisa mengubah hampir semua aspek kepribadiannya. Menurut Adler, bayi secara alami mengembangkan cinta dan kasih sayang dengan orang lain. Ketidakberdayaan bayi menjadi pendorong terhadap sikap keibuan. Adler menolak panangan Freud bahwa pada dasarnya manusia itu narsistik (mementingkan diri sendiri). Menurut Adler, orang menjadi narsistik karena asuhan ibu tidak mampu mengembangkan minat sosial. Narsistik adalah bentuk neurotik yang tidak dilahirkan, namun dikemangkan dari hubungan ibu-anak yang neurotik, yaitu pola asuh pengabaian dan pemanjaan.

Kriteria Nilai Nilai Kemanusiaan

Minat sosial menjadi satu satunya tolak ukur kesehatan jiwa seseorang. Tingginya minat sosial seseorang menunjukkan kematangan psikologisnya. Orang yang sehat, peduli kepada orang lain dan mempunyai tujuan sukses bagi kesejahteraan orang banyak. Hidup akan menjadi bermakna dari sumbangan pribadi ke orang lain dan sumbangan pribadi ke generasi penerusnya.

Minat sosial tidak sama dengan dermawan. Orang dermawan bisa dimotivasi oleh minat sosial, namun bisa juga tidak. Seorang yang kaya raya menyumbang rutin tiap bulan berupa uang dar barang kepada fakir miskin bukan karena dia merasa satu kesatuan dengan fakir miskin tapi karena memang ia ingin merasa terpisah dengan fakir miskin seolah olah berkata "Kamu semua inferior, dan saya superior, sumbangan ini membuktikan superioritas saya".

Gaya Hidup
Dalam konsep gaya hidup ini Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, dan ingin mencapai superioritas serta diwarnai dengan minat sosial ataupun tidak. Namun dalam usahanya untuk mencapai semua itu, setiap orang punya cara yang berbeda-beda. Itulah yang dimaksud gaya hidup.

Jumlah hidup sebanding dengan jumlah manusia misalnya seseorang berjuang untuk superior dalam bidang kekuatan fisik, maka orang tersebut akan senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan fisik seperti sepak bola. Kemudian ada orang yang berjuang mencapai superioritas intelektual, maka orang tersebut menghabiskan banyak waktu nya membaca buku.

Gaya hidup tidak hanya dibentuk oleh faktor keturunan dan lingkungan objektif saja melainkan juga melalui pandangan orang tersebut terhadap keduanya. Misalnya ada seseorang yang tinggal di lingkungan pencopet. Lalu kemudian ia lebih memilih untuk keluar dari bidang itu karena dalam pandangannya mencapai itu hal yang tidak baik.

Menurut adler, hidup ini ditentukan oleh kompensasi dari inferioritas inferioritas yang ada pada diri seseorang. Misalnya anak yang lemah akan mengembangkan kehidupan menghasilkan kekuatan (Napoleon sang penakluk bersumber dari tubuh yang kecil)

Kekuatan Kreatif Self
Self kreatif adalah kekuatan ketika setelah “keturunan” dan “lingkungan” yang menentukan tingkah laku. Kata Adler, keturunan memberi “kemampuan tertentu” dan lingkungan memberi “kesan tertentu”. Nah, untuk bagaimana manusia mengalami dan menginterpretasi keduanya disebut bahan. Self kreatif memanfaatkan bahan tersebut untuk membangun sikap dalam kehidupan. Jadi, diri kreatif adalah suatu alat yang digunakan untuk mengolah fakta-fakta dunia lalu kemudian mentransformasikannya menjadi kepribadian yang bersifat subjektif. Diri kreatif memberi arti kepada kehidupan serta menciptakan tujuan maupun cara untuk mencapainya. Misalnya ada seseorang keturunan guru yang tinggal dalam lingkungan yang (maaf) kurang berpendidikan. Lalu dia mulai menginterpretasi keadaan tersebut menjadi “wah, di lingkunganku banyak orang yang kurang (maaf) berpendidikan, jadi aku harus memberikan contoh yang baik yang bertujuan untuk mendidik”. Nah dari situlah peran dari diri kreatif yaitu menginterpretasi hal dari keturunan dan lingkungan, kemudian diinternalisasi menjadi suatu kepribadian.

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

3 comments:
Write comments
  1. Ilmunya bermanfaat, terimakasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tulisannya rapi, runtut, enak dibaca. Mungkin tampilan blog dibuat lebih menarik lagi kak

      Delete