Wednesday, June 8, 2016

Prinsip Prinsip Kondisioning Klasik

Prinsip Kondisioning Klasik

Pada artikel sebelumnya kita telah membahas tentang mengenal lebih jauh teori kondisioning kali ini kita akan membahas tentang prinsip-prinsip dalam kondisioning klasik. Kondisioning klasik terjadi pada setiap spesies makhluk hidup, mulai dari cacing hingga manusia. Beberapa prinsip dari kondisioning klasik yaitu extinction, conditioning tingkat tinggi, generalisasi dan diskriminasi stimulus.

Extinction
Ketika respon terkondisi telah terbentuk, jika anda memberi stimulus terkondisi tanpa disertai stimulus tak terkondisi secara berulang-ulang, maka respon terkondisi akan hilang karena respon terkondisi tidak selalu bertahan selamanya. Proses ini disebut extinction. Jika sebelumnya anda telah melatih kucing anda agar saat dipanggil namanya ia langsung datang, maka ketika anda hanya memanggil namanya saja tanpa memberi makanan secara berulang-ulang yang akan terjadi adalah extinction. Akan tetapi extinction tidak dapat digunakan untuk melupakan yang dipelajari. Mungkin kucing tersebut akan kembali datang kepada anda di hari selanjutnya. Munculnya respon ini disebut spontaneous recovery. Jika anda ingin menghilangkan respon terkondisi sepenuhnya, maka dibutuhkan beberapa sesi extinction.

Kondisioning tingkat tinggi
Terkadang sebuah stimulus netral bisa menjadi stimulus terkondisi ketika dipasangkan dengan stimulus terkondisi lain yang telah terbentuk sebelumnya, yang dinamakan conditioning tingkat tinggi. Jika sebelumnya si kucing datang jika dipanggil namanya, kali ini coba anda tepuk tangan selalu panggil namanya secara berulang. Dengan demikian kucing akan datang ketika anda tepuk tangan.

Kondisioning tingkat tinggi ini dapat menjelaskan mengapa beberapa kata mendorong respon emosional pada diri kita dan mengapa kata-kata tersebut mendorong kita menghasilkan perasaan emosional yang hangat maupun dingin ketika kata-kata ini dipasangkan dengan objek atau kata-kata lainnya yang telah menghasilkan respon emosional, kata-kata ini dapat menghasilkan respon emosional yang sama. Contohnya seseorang akan memberi respon emosi positif terhadap kata ulang tahun karena adanya asosiasi dengan hadiah ulang tahun atau perhatian yang diberikan.

Generalisasi dan diskriminasi stimulus
Setelah sebuah stimulus netral telah berubah menjadi stimulus terkondisi, untuk respon respon tertentu maka simulasi yang lain yang serupa dapat menghasilkan reaksi yang sama. Contohnya bila ada seseorang yang fobia dengan ulat bulu, ia akan fobia dengan hal-hal yang berhubungan dengan bulu atau menyerupai ulat bulu hal ini disebut generalisasi stimulus.

Keadaan sebaliknya dari generalisasi stimulus yaitu diskriminasi stimulus yang menghasilkan respon yang berbeda pada stimulus yang menyerupai stimulus kondisi. Contohnya jika seseorang fabiola dulu dan diikuti dengan rasa gatal, maka orang tersebut hanya takut dengan ulat bulu tanpa takut dengan benda yang menyerupainya.

Wade, C., Tavris, C. (2007). Psikologi Edisi Ke Sembilan Jilid Satu. Jakarta: Erlangga

1 comment:
Write comments