Pada artikel sebelumnya saya telah membahas perangkap mental yang pertama yaitu Harus Menjadi Yang Terbaik Dalam Segala Hal. Berikut perangkap mental yang kedua yaitu Harus Berbuat Baik Agar Disukai Semua Orang
Ketika kita masih anak-anak kita diajari untuk selalu memenuhi keinginan orang tua, guru dan orang yang punya otoritas pada diri kita. Kita juga diajarkan untuk bergaul dengan penuh keharmonisan dan sebisa mungkin menghindari konflik dengan teman kita.
Lalu apa yang menjadi masalah? salahkah jika kita mendidik anak kita untuk berbuat baik agar disukai semua orang? Masalahnya akan muncul ketika kita hanya mengajari pada anak untuk berbuat baik pada semua orang dan menghindari konflik saja tanpa memberitahu bahwa tidak selamanya hubungan pertemanan itu tanpa konflik. Kita perlu mengajari pada anak kita bahwa konflik itu wajar adanya, namun anak kita harus diajari bagaimana mengekspresikan perasaannya secara tepat agar mereka percaya diri ketika mengekspresikan perasaan itu.
Jika anak dibesarkan dengan pola pikir bahwa mereka harus menyenangkan semua orang maka mereka akan dijejali dengan perasaan tidak percaya diri dan sering gelisah, karena harga diri anak kita akan selalu berada pada kendali orang lain. "Jika kamu suka saya it's ok, jika kamu tidak menyukai saya maka pasti ada yang salah dengan saya"
Kebanyakan anak-anak dan orang dewasa meletakkan harga diri mereka pada opini orang lain. Para orang tua seharusnya mengomunikasikan pada anak bahwa pada saatnya akan ada konflik yang tidak diinginkan bisa saja terjadi. Dan kalaupun itu terjadi, harus tetap teguh pada pendirian bahwa mereka berada di pihak yang benar.
Jika seorang anak laki-laki berumur belasan tahun yang telah memetik pelajaran ini, akan sangat mungkin berkata "tidak" pada saat temannya mengajak merokok. Atau seorang anak perempuan akan memiliki pendirian teguh untuk menolak dan menentang segala tekanan, ia akan memiliki tanggung jawab untuk menolak ajakan siapapun untuk melakukan hubungan sebelum nikah.
No comments:
Write comments