Wednesday, May 3, 2017

Sudahkah Kita Menjadi Orang Yang Berfungsi Sepenuhnya?

Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Pernahkah anda merasa bahwa diri anda perlu diperbaiki? Ingin bisa bangun lebih pagi, ingin memiliki prestasi, ingin rajin belajar dan lain sebagainya? Itu adalah beberapa tanda bahwa sebenarnya manusia itu memiliki kecenderungan untuk memperbaiki dirinya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Humanistik adalah salah satu madzhab dalam psikologi yang memandang bahwa sebenarnya manusia itu memiliki kecenderungan untuk mewujudkan potensi-potensi baik yang ada dalam diri seseorang.

Carl Roger (1902 – 1987) adalah salah satu penganut madzhab humanistik yang menyetujui asumsi utama Abraham Maslow, kemudian ia menambahkan bahwa agar seseorang dapat berkembang, mereka butuh lingkungan yang menyediakan keterbukaan, penerimaan dan empati (butuh didengarkan dan dipahami). Tanpa hal tersebut kepribadian tidak akan berkembang dengan maksimal seperti halnya pohon tanpa sinar matahari dan air.

Roger percaya bahwa setiap orang dapat mencapai tujuan, harapan dan keinginannya dalam hidup. Ketika mereka melakukannya maka mereka disebut telah melakukan aktualisasi diri. Menurut Roger, orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya (tidak banyak orang yang dapat melakukannya) disebut sebagai orang yang berfungsi sepenuhnya (fully functioning person). fully functioning person selalu berfokus pada hari ini dan sekarang serta pengalaman subjektifnya. Perasaannya terus tumbuh dan berubah. Roger mendefinisikan bahwa karakteristik bangsa ini person adalah :

1. Terbuka Terhadap Pengalaman (Openess to Experience)

Terbuka terhadap Pengalaman adalah kebalikan dari sifat bertahan (defensif). Orang yang terbuka terhadap pengalaman akan menerima apapun, baik pengalaman itu negatif maupun positif, jadi emosi emosi negatif tidak mereka tolak (orang yang menolak emosi negatif sedang melakukan defensif), mereka sadar dengan pikiran dan perasaannya sendiri tanpa merasa terancam. 

Misalnya ketika seseorang mendengar orang yang sedang membual hal itu akan membuatnya merasakan muak. Namun orang yang berfungsi sepenuhnya terbuka untuk mengalami rasa muak tersebut tanpa harus diikuti dengan perbuatan yang melampiaskan perasaan muak tersebut. Karena rasa muak baginya adalah bukan hal yang mengancam dirinya

Orang yang terbuka terhadap pengalaman juga penuh rasa ingin tahu, ingin mencoba hal-hal baru, tertarik pada orang lain, tertarik pada diri sendiri dan tidak menolak apapun.

“Apa yang kamu tolak tidak hanya bertahan namun juga semakin tumbuh” – Carl Jung.
Cobalah sesuatu yang tidak kamu ketahui, keluar dari zona nyaman, ikutilah arus kehidupan, terima dan hadapi setiap pengalaman yang dikirimkan oleh kehidupan kepada anda. Belajarlah dari apapun dan siapapun.

2. Kehidupan Eksistensial (Existential Living)
Kehidupan eksistensial adalah ketika seseorang hidup sepenuhnya dan seberisi  mungkin di setiap eksistensinya. Ia tidak melihat pengalaman masa lalu maupun masa depannya. Pengalaman yang datang ia pandang sebagai pengalaman yang baru, unik dan berbeda dengan yang pernah terjadi. Orang tersebut menjalani hidup tanpa diawali prasangka dari harapan sebelumnya maupun kecemasan akan masa depannya.

Kegelisahan, kecemasan, ketegangan, stress, kehawatiran itu semua adalah bentuk dari ketakutan yang disebabkan karena terlalu banyak memikirkan masa depan dan kurang memikirkan hari ini.

Rasa bersalah, penyesalan, kemarahan, keluhan, kesedihan, kepahitan dan semua bentuk yang tidak termaafkan adalah disebabkan oleh terlalu banyak memikirkan masa lalu dan kurang memikirkan hari ini

3. Keyakinan Organismik

Kebalikan dari keyakinan organismik adalah mengambil keputusan berdasarkan pada sumber eksternal (norma sosial, aturan institusi, penilaian orang lain dll). Orang yang berfungsi sepenuhnya akan mengambil keputusan berdasarkan kata hatinya yang terdalam, intuisinya dan kebenaran sejati kita,  bukan diri yang neurotik (bertindak untuk mencapai kenikmatan) yang sampai saat ini banyak dari kita mengidentifikasi bahwa dengan melakukan keinginan neurotik maka sesuatu akan datang lebih mudah.

Kita telah lupa kebenaran sejati kita dan identitas kita sehingga tak heran pada saat ini sangat banyak kecemasan, rasa sakit dan penderitaan di dunia ini. Saat kita menyadari siapa diri kita dan dari mana kita berasal, kita akan menyayangi diri kita dan orang-orang di sekitar kita, karena dengan melakukan hal ini kita tidak hanya menyembuhkan diri kita sendiri tapi kita juga akan menyembuhkan seluruh isi planet dari setiap orang yang tinggal di dalamnya.

4. Kebebasan (Freedom)

Orang yang berfungsi sepenuhnya akan menjalani hidup dengan pilihannya sendiri tanpa perasaan tertekan ataupun terhambat. Bebas untuk memilih hidup yang kita inginkan dan segala sesuatu yang ingin kita lakukan, menghabiskan waktu dengan orang-orang yang kita inginkan, pekerjaan yang ingin kita lakukan, kebebasan untuk mendengar kata hati kita dan kebebasan untuk membuat mimpi kita menjadi nyata.

Kita telah lama menjadi tahanan dari pikiran kita sendiri dan tidak peduli sebebas apapun kita mengatakannya di luar, dalam diri kita adalah budak dari pikiran negatif dan pikiran tercemar kita.Budak dari kondisi masa lalu kita, tapi hal itu bukan berarti kita ditakdirkan seperti itu dan tidak dapat berbuat apa-apa, ini terserah kita apakah kita mau merubah itu atau tidak.

5. Kreativitas (Creaivity)

Merupakan sebuah kematangan psikologis yang optimal. Orang yang berfungsi sepenuhnya memungkinkan untuk memunculkan produk kreatif (ide, proyek, aksi) dan hidup kreatif. Orang kreatif cenderung hidup konstruktif dan adaptif dalam kultur nya (memuaskan lingkungan) sekaligus memuaskan kebutuhan yang terdalam pada dirinya.

Ketika kita menyadari bahwa kita sendirilah yang bertanggung jawab atas kehidupan diri kita sendiri, kita akan melakukan apapun yang kita bisa untuk membuat perubahan, untuk membuat sesuatu yang baru dan berguna saat kita telah pergi meninggalkan dunia ini. Orang yang berfungsi sepenuhnya tahu bahwa mereka hidup di planet ini untuk menciptakan sesuatu yang besar, lebih besar dari diri mereka sendiri walaupun kebanyakan dari kita berpikir bahwa hal ini tidak mungkin, mereka akan melakukan apapun agar bisa membuatnya mungkin. Untuk membuat mimpi mereka menjadi nyata, menolong dunia dan diri mereka sendiri


Itulah 5 ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya. Perlu diketahui bahwa ini bukanlah sebuah hal yang ada akhirnya (telah dicapai) melainkan akan tumbuh seiring dengan kehidupan yang dijalani oleh seseorang.

Sudahkah kita memiliki lima ciri-ciri tersebut? jika belum ada baiknya kita menumbuhkan sifat tersebut pada diri kita, karena kita memang diciptakan untuk membuat suatu perubahan dalam kehidupan ini, teruama kehidupan kita sendiri.

Semoga Bermanfaat

Sumber:
http://servoclinic.com/2017/05/04/sudahkah-kita-menjadi-orang-yang-berfungsi-sepenuhnya/

Thursday, March 16, 2017

Bagaimana Insting Manusia Bekerja (Part 2)


Pada artikel sebelumnya kita telah membahas sumber-sumber insting, tujuan insting, objek insting, daya dorong insting. Dan juga insting hidup (eros) yang dibagi menjadi dua yakni self preservation insting dan seksual insting. Di artikel ini kita akan membahas tentang jenis insting yang kedua yaitu insting mati (thanatos) dan berbagai refleks bawaan lahir yang menjadi dasar dari kepribadian.
Insting Mati (Thanatos)
Atau disebut destruktif insting adalah keterarahan manusia pada kematian. Dinamika dalam hidup manusia adalah hasil dialog antara kehidupan dan kematian. Insting mati bekerja secara “sembunyi-sembunyi” dibanding insting hidup, maksudnya jika insting hidup akan mempertahankan diri untuk hidup dalam bentuk tingkah laku yang langsung misalnya makan, maka lain halnya dengan insting mati.
Insting mati tidak secara langsung menampakkan perilaku sesuai dengan wujudnya. Misalnya insting mati mendorong orang untuk merusak dirinya sendiri, akan tetapi karena insting hidup orang tersebut lebih kuat, maka kecenderungan merusak diri tersebut akan ditransformasi menjadi dorongan agresi yang merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak melukai dirinya sendiri..
Misalnya ketika seorang ayah dimarahi oleh atasannya, maka sesampainya di rumah ia bisa saja melampiaskan marahnya ke istrinya, hal ini karena insting hidup sang ayah lebih kuat daripada insting matinya. Misalnya saja insting matinya lebih kuat bisa saja ia melukai dirinya sendiri. Akan tetapi dorongan agresif tidak selalu ditransformasi menjadi hal yang negative. Bisa saja hal itu ditransformasi ke hal yang positif misalnya seperti olahraga tinju
Dalam hidup ini sudah ada bibit bibit kematian dan dalam kematian juga ada harapan akan kehidupan. Manusia berusaha mempertahankan hidupnya dan menghindari kematian, namun sesungguhnya hanya karena ada kematian maka hidup akan menjadi lebih berarti. Bayangkan saja ketika semua orang hidup abadi maka tidak akan ada perpisahan, kita tahu bahwa perpisahan lah yang membuat keberadaan seseorang bernilai.
Hadirnya kematian dalam hidup ini membuat dinamika hidup semakin berwarna. Melanie klein (dalam ogden 1986) mengatakan bahwa insting mati biasanya aktif saat manusia dilahirkan, yaitu saat ia terpisah dengan kebersatuannya dengan ibu dalam kandungan. Saat manusia terpisah dari ibu ia merasa berada dalam bahaya. Hidupnya akan berakhir dan kematian terasa dekat. Dan pada saat inilah insting mati aktif berdampingan dengan insting hidup. Karena insting matilah manusia untuk pertama kalinya memobilisasi segala daya upaya dalam dirinya untuk mempertahankan diri. Insting matilah yang mengaktifkan defense mekanisme.
Beberapa Refleks Yang Menjadi Dasar Kepribadian
Refleks adalah suatu respon otomatis individu dalam menghadapi stimulus dari luar. Refleks tidak perlu dipelajari karena berasal dari bawaan lahir. Sebelum ada kepribadian dan tingkah laku, yang ada adalah insting dan berbagai refleks. Kepribadian dan tingkah laku baru akan terbentuk ketika seseorang manusia berinteraksi dengan lingkungannya, mengenalnya dan menguasainya. Ada beberapa refleks penting yang menjadi dasar dari kepribadian tapi kita tidak akan membahas semuanya. Kita hanya akan membahas 2 refleks yaitu refleks menelan / meludah dan refleks kinestetik.
Refleks Menelan Dan Meludah
Refleks menelan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Bayangkan saja apabila seorang bayi tidak bisa menelan, maka ia akan kelaparan. Setelah seseorang dilahirkan, orang tersebut mendapat makanan dengan cara menelan zat makanan (asi) dari ibunya. Melalui asi, bayi mendapatkan pengalaman pertama dalam berinteraksi dengan manusia yaitu sang ibu. Sudah menjadi refleks bawaan bila bayi akan menelan sesuatu yang enak baginya dan meludahkan sesuatu yang tidak enak baginya. Melalui refleks menelan ia mengambil sesuatu dari orang lain untuk dijadikan bagian dari dirinya
Refleks ini menjadi dasar suatu mekanisme pertahanan diri yang dinamakan introyeksi (akan dijelaskan di bagian lain). Dan melalui meludah ia menolak dan mengeluarkan sesuatu yang tidak enak yang tidak ingin dijadikan bagian dari dirinya. Refleks meludah menjadi dasar bagi mekanisme pertahanan diri proyeksi. Sama halnya dengan menelan dan meludah, maka melalui mekanisme introyeksi dan proyeksi terbentuklah kepribadian yang kompleks
Refleks Kinestetik
Interaksi antara manusia dan lingkungan berlangsung melalui tubuh. Manusia harus mempersepsi lingkungan dengan akurat agar dapat menguasainya (mastery). Ada kaitan yang erat antara persepsi, tubuh dan mastery. Contoh pengalaman belajar mengendarai sepeda. Kita tahu bahwa menguasai kendaraan adalah seperti menguasai tubuh sendiri jika kita dapat menghayati kendaraan tersebut seperti tubuh sendiri kita akan dapat menguasainya. Inilah yang dimaksud refleks kinestetik, yaitu refleks yang menggerakkan tubuh untuk meniru lingkungan.
Refleks kinestetik juga merupakan perwujudan paling primitif dari upaya manusia untuk mengenal dan menguasai objek di lingkungannya yaitu dengan mengarahkan dan menggerakkan tubuhnya menyerupai objek tersebut, sehingga ia merasa menyatu dengan objek tersebut dengan kata lain objek dihayati sebagai bagian dari dirinya. Refleksi ini merupakan dasar dari mekanisme pertahanan diri yang bernama identifikasi

Sumber
https://servoclinic.com/2017/03/16/bagaimana-insting-manusia-bekerja-part-2/

Tuesday, February 28, 2017

Bagaimana Insting Manusia Bekerja?



_6262058949.jpg
Apa yang terlintas di benak anda mendengar kata insting? suatu yang ada sejak lahir? pendapat tersebut tidaklah salah, namun definisi dari insting sendiri adalah suatu perwujudan psikologis dari kebutuhan tubuh untuk menuntut kepuasan. Menurut Sigmund Freud, cikal bakal kepribadian manusia yang kompleks adalah berasal dari insting insting dan berbagai refleks yang dibawa sejak lahir.
Insting bekerja untuk menciptakan keseimbangan. Misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan dan secara psikologis terwujud dalam keinginan untuk makan. Hasrat, dorongan, motivasi merupakan bagian dari energi psikis. Dan kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian. Energi insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), objek (Oject)  dan daya dorong (Impetus) yang dimilikinya.
Sumber Insting
Sumbber insting adalah kondisi biologis. Tubuh selalu menuntut untuk tetap berada pada kondisi seimbang. Kekurangan nutrisi akan mengaktifkan insting lapar. Seumur hidup sumber inti bersifat konstan tidak akan berubah kecuali perubahan akibat kematangan biologis dan kematangan ini akan melahirkan kebutuhan biologis yang baru yang nantinya juga akan melahirkan insting baru.
Tujuan Insting
Masih berhubungan dengan insting yaitu untuk memperoleh kondisi keseimbangan misalnya dengan mencukupi kebutuhan nutrisi. Tujuan ini juga bersifat konstan layaknya sumber insting. Freud memandang insting sebagai pemicu tegangan (keinginan kuat) dan id – ego - superego (akan dijelaskan pada bagian lain) bekerja untuk mereduksi (mengurangi) tegangan itu. Jadi tujuan insting sebenarnya bersifat regresif (kembali ke asal) yaitu berusaha kembali ke keadaan tenang seperti sebelum insting itu muncul. Jadi prinsipnya ketika ada tegangan muncul, maka tugas id ego superego adalah mereduksi tegangan itu agar keadaan kembali tenang seperti sebelum kemunculan tegangan itu. Selain itu tujuan insting juga bersifat konservatif, yakni mempertahankan keseimbangan organisme dengan jalan menghilangkan berbagai stimulus (rangsangan / pemicu) yang mengganggu.
Objek Insting
Objek insting adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya. Objek dari insting lapar bukan hanya makanan, melainkan juga kegiatan mencari uang, membeli makanan dan menyajikan makanan itu. Berbeda dengan sumber dan tujuan insting, ternyata cara orang memuaskan kebutuhannya berubah-ubah sepanjang waktu sesuai dengan tingkat perkembangan manusia tersebut. Energi insting tersebut juga dapat dialihkan kepada objek lain yang tersedia guna mereduksi tegangan (Displacement). Apabila pengalihan itu menjadi permanen sehingga objeknya bukan lagi objek asli yang ditentukan dari lahir, maka proses tersebut disebut derivatif insting misalnya insting keibuan diganti objeknya dengan merawat anak terlantar karena tidak mempunyai anak. Displacement dan Derivatif Insting inilah yang menjadi sumber plastisitas dan keanekaragaman tingkah laku manusia.
Daya Dorong Insting
Kekuatan/intensitas keinginan berbeda-beda tiap orang. Orang yang tidak makan seharian tentu memiliki keinginan makan lebih besar daripada orang yang makan teratur. Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan energi dari seluruh insting bersifat konstan, hanya penggunaannya yang berubah. Kebutuhan yang lebih penting akan mendapat satu energi yang lebih besar dibanding dengan kebutuhan lain yang kurang penting.
Jenis-jenis insting
Jenis insting dibagi menjadi dua yaitu yaitu Eros (Insting Hidup)  dan Thanatos (Insting Mati)
Eros
Adalah insting manusia yang bertujuan untuk mempertahankan, melanjutkan dan mengembangkan hidupnya. Eross dibagi menjadi dua. Sebesar fashion insting dan spek selinting.
Self Preservation Insting
Insting ini akan aktif ketika ada suatu hal yang mengancam keberlangsungan hidup seseorang. Insting ini yang paling kuat dan paling dasar yang mengarahkan seseorang untuk mempertahankan diri dari ancaman. Misalnya saja ketika nyawa kita sedang terancam oleh orang orang jahat, otomatis kita akan mempertahankan diri, bahkan terkadang muncul suatu kekuatan yang tidak pernah muncul pada saat kondisi kita merasa aman. Namun ketika ancaman sudah tiada insting ini tidak akan lagi bekerja dan akan digantikan oleh insting seksual.
Sexual insting
Adalah insting untuk mendapatkan kenikmatan (pleasure) yang terus meningkat. Bila tidak ada ancaman pada kehidupan seseorang, maka insting ini akan aktif karena kecenderungan manusia yang paling dasar adalah untuk mencari kenikmatan. Kenapa harus sexual insting? karena sesuai dengan pandangan Freud bahwa kehidupan psikis berasal dari kehidupan biologis maka kenikmatan yang paling dasar adalah kenikmatan biologis dan puncak dari kenikmatan biologis adalah kenikmatan seksual, oleh karena itu Freud berpandangan bahwa segala kenikmatan yang dicari manusia dalam hidup ini dalam bentuk paling “dasarnya” (biologis) adalah kenikmatan seksual. Berbeda dengan hasrat untuk menyelamatkan diri yang akan mereda ketika ancaman hilang, hasrat akan kenikmatan pada manusia tidak ada habisnya. Manusia terus-menerus mencari kenikmatan yang lebih besar sehingga manusia terus-menerus mensublimasikan dorongan-dorongannya. Contohnya bila seseorang kelaparan hingga hampir mati, makanan apapun akan cukup baik baginya, yang bekerja di sini adalah self preservation instinct, namun bila ia sudah berkecukupan maka ia ingin makanan yang lebih enak. Bila makanan sudah cukup ia ingin pakaian yang bagus, rumah yang besar, mobil yang mewah, menikah dan lain-lain. BIla proses sublimasi terus berlanjut, maka dalam tahap selanjutnya orang mencari kenikmatan yang lebih tinggi seperti kenikmatan estetis (misalnya dalam menikmati karya seni), dan kenikmatan sosial (misalnya menerima pujian, penghargaan dan lain-lain) dan berbagai kenikmatan lainnya.
Bersambung di tulisan selanjutnya….

Sumber
http://servoclinic.com/2017/02/28/bagaimana-insting-manusia-bekerja/

Wednesday, February 22, 2017

Bagaimana Kepribadian Terbentuk?


Pernahkah kita bertanya-tanya bagaimana kepribadian manusia terbentuk? Apa yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu? Apakah ada energi lain yang menggerakkan manusia tanpa di sadari? Ternyata pertanyaan tersebut sudah pernah terlintas di pikiran seseorang ratusan tahun yang lalu. Sigmund Freud adalah salah satu orang yang berusaha meneliti lebih jauh tentang kepribadian manusia. Setelah ditelitinya, dia menyimpulkan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk biologissebelum munculnya hal-hal lain misalnya pergaulan sosial, akal sehat, tingkah laku, adat istiadat, moralitas dan lain-lain, yang ada pertama kali adalah tubuh. Awalnya manusia adalah darah dan daging. Sebagai makhluk biologis, maka manusia digerakkan oleh insting insting biologisnya dan hasrat hasrat kedagingannya yakni hasrat untuk memperoleh kenikmatan dan menghindari ketidaknikmatan (pleasure principle).

Oleh karena hasrat biologisnya manusia mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknikmatan. Manusia mana yang secara biologis lebih menyukai puasa daripada makan, lawan jenis yang buruk rupa daripada yang tampan atau cantik, kerja daripada rekreasi, penderitaan daripada kenikmatan. Semua manusia mencari kenikmatan tersebut. Pada dasarnya realitas internal manusia adalah dunia biologis tersebut.

Menurut pandangan Freud, kehidupan psikis berakar dari kehidupan biologis. Oleh karena itu penggerak kehidupan psikis (kepribadian) adalah merupakan suatu usaha untuk memenuhi hasrat hasrat biologis dalam kehidupan manusia di dunia, yaitu saat manusia berhadapan dengan realitas eksternal. Ketika manusia berinteraksi dengan realitas eksternal, hal itu tidak lain sebagai upaya untuk memenuhi hasrat hasrat biologisnya.
Untuk memenuhi hasrat hasrat biologisnya, manusia perlu berinteraksi dengan realitas eksternal. Dalam interaksinya dengan realitas eksternal terjadilah dialog antara manusia dengan realitas eksternal, akan tetapi terkadang realitas eksternal menghambat manusia dalam mencapai pleasure principle. Misalnya untuk memperoleh kenikmatan yang sederhana contohnya makan manusia tidak bisa langsung memenuhi kebutuhannya, ia harus bekerja dulu untuk mendapatkannya . Sama seperti makhluk lainnya misalnya hewan. Hidup ini adalah tentang survival, bedanya jika hewan menggunakan berbagai strategi biologis dan ketangguhan fisik untuk dapat survive, maka manusia menggunakan “kesadaran dan kemampuan unuk mengenal realita” untuk survive.

Dengan semakin berkembangnya kesadaran manusia semakin mengenal realitas eksternal dan semakin manusia mengenal realitas eksternal semakin ia dapat menguasai realitas eksternal tersebut. Agar dapat menguasai realitas eksternal dan memenuhi berbagai hasratnya, manusia harus mampu menunda pemenuhan hasratnya agar semakin besar tingkat kepuasan yang diperoleh. Misalnya jika manusia ingin kaya, maka ia harus bisa menunda kebutuhannya untuk berfoya-foya, menabungkan uangnya agar mencapai cita-citanya yaitu kekayaan. Manusia yang ingin sukses dalam hal apapun harus mau berjerih payah dahulu dan menunda segala hasratnya untuk bersenang-senang agar memperoleh kesenangan yang lebih besar di kemudian hari. Lalu bagaimana dengan orang yang mencapai kenikmatan tanpa menunda hasratnya terlebih dahulu misalnya seperti koruptor? Maka dia tidak akan merasakan kenikmatan sebesar orang yang mau bekerja keras dan menunda hasratnya. Itulah paradoks yang dialami manusia(tidak dialami makhluk lain) yaitu agar dapat merasakan kenikmatan, pertama ia harus mampu menunda atau bahkan menyangkal hasrat tersebut. Bukankah kita lebih menikmati kelezatan makanan setelah seharian berpuasa? Demikianlah manusia belajar untuk mensublimasikan hasrat biologisnya yang primitive menjadi hasrat lain yang lebih manusiawi.

Harga yang dibayar manusia untuk menguasai realitas eksternal tidaklah sedikit. Semakin manusia menyangkal hasrat hasrat biologisnya, maka semakin lama hasrat biologis itu menjadi asing baginya, artinya manusia mulai tidak menyadari apa yang menjadi kebutuhannya. Dengan semakin berkembangnya kesadaran dan penguasaan terhadap realitas akibatnya muncullah kesenjangan antara yang sadar dan yang tidak sadar. Semakin manusia berusaha mencapai kesempurnaan dalam penguasaan realitas eksternal semakin ia terasing dengan realitas internalnya yaitu hasrat hasrat biologisnya. Dari sinilah lahir apa yang disebut alam bawah sadar, yaitu sesuatu yang sebenarnya sangat kita kenali akan tetapi lama kelamaan dilupakan hingga menjadi tidak disadari

Dinamika kepribadian manusia adalah hasil interaksi antara realitas internal (yang berakar pada hasrat biologis) dengan realitas eksternal. Kepribadian akan tegak jika manusia berhasil menjaga dialog antara dunia internal dan eksternal dengan mulus, sehingga manusia bisa memuaskan keinginannya tanpa bertentangan dengan realitas. Misalnya ketika manusia lapar dan di meja ada makanan maka ia harus menunda keinginannya untuk makan dan bertanya kepada pemilik makanan tersebut agar ketika memenuhi hasratnya tidak bertentangan dengan realitas. Bila dialog antara manusia dan realitas eksternal terganggu atau bahkan terputus maka keberadaan manusia itu menjadi terancam. Dalam kondisi seperti itu, pribadian akan mengalami gangguan baik gangguan ringan sampai yang berat seperti skizofrenia.

Sumber

https://servoclinic.com/2017/02/23/bagaimana-kepribadian-terbentuk/

Wednesday, August 31, 2016

Apa Yang Terjadi Pada Tubuh Seseorang Yang Putus Cinta?


Putus cinta adalah suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi di telinga kita atau mungkin anda pernah atau sedang mengalaminya saat ini namun pernahkah terlintas di pikiran bahwa apakah yang terjadi pada tubuh kita khususnya otak.

Seorang neuropsikolog klinis Rhonda Freeman, Ph.D mencoba meneliti hal ini. Beliau selalu tertarik dengan hal yang berbau romantis, dari awal membangun hubungan hingga mengakhirinya dan dikaitkan dengan proses yang terjadi di otak yang diatur oleh proses neuro kimia, hormon dan aktivasi maupun non aktivasi bagian otak tertentu. Emosi yang intens diantara mengawali sebuah hubungan asmara maupun mengakhirinya dapat berdampak besar pada pikiran, suasana hati dan perilaku.

Penelitian Neurosains Dan Observasi Klinis.

Berdasarkan penelitian klinis dengan pasiennya, serta menurut jurnal tahun lalu kita tahu bahwa ada beberapa sistem yang dipengaruhi oleh putus cinta. Kita tahu bahwa otak memiliki reaksi yang kuat pada saat keadaan putus cinta atau penolakan sosial. Peneliti yang mempelajari neurosains dan cinta romantis telah mengidentifikasi cara umum otak dalam bereaksi ketika kehilangan hubungan spesial. Ada 6 sistem yang terpengaruh saat putus cinta yaitu the bonding system, reward system, pain system, stress system, emotion regulation system dan kognitif network




The Bonding System
Adalah sebuah sistem yang mengatur keterikatan hubungan antara manusia yang dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan vasopressin. Oksitosin dan vasopresin merupakan sebuah hormon yang sangat kuat untuk mendukung keterikatan antar manusia dimulai dari awal kelahiran untuk menciptakan ikatan antara ibu dan anak setelah lahir. Oleh karena itu ketika kita putus cinta sistem ini dapat mendorong kita untuk terus kepikiran dengan mantan pasangan kita bahkan jika orang tersebut bukan orang yang baik. Dan kita mungkin juga akan merasa kesepian seperti ada bagian dari diri kita yang hilang karena reaksi kimia dari sistem ini

The Reward System
Sistem ini berkaitan dengan motivasi atau dorongan untuk memiliki seseorang atau sesuatu yang bernilai. Dalam hal ini dopamin dan endogen opioid adalah driver utama dari sistem ini. Dopamin adalah sebuah hormon yang mengatur perasaan bahagia. Ketika perasaan bahagia itu muncul secara terus menerus ketika sedang jatuh cinta maka sistem reward akan semakin peka terhadap dopamin yang akibatnya dibutuhkan lebih banyak dopamin untuk merasa bahagia oleh sebab itu ketika kita putus cinta maka kita akan terus mendambakan mantan pasangan kita

The Pain System
Pain sistem diasosiasikan dengan sensasi dari patah hati dan perasaan sedih dan keputusasaan. Hal ini karena endogenous opioid menurun sangat drastis yang dapat menyebabkan perasaan stress dan rasa sakit




The Stress System

Neuro kimia utama dari sistem ini yaitu kortikotropin dan norepinefrin. Kedua hormon tersebut cenderung akan segera aktif setelah putus cinta yang menyebabkan individu merasa sangat waspada. Beberapa individu mungkin mengalami kecemasan, palpitasi jantung, perubahan nafsu makan dan kesulitan tidur. Otak bisa merespon terhadap lingkungan. Melibatkan indra penciuman dan pendengaran merupakan salah satu cara untuk mengurangi stress. Aroma dan suara dapat mengubah suasana hati kita dan mengurangi perasaan stress

Emotion-Regulation System
Kita tahu bahwa ketika otak berada dalam keadaan yang sangat stress seperti sesaat setelah putus cinta daerah prefrontal cortex akan menjadi kurang aktif. Namun kita semua membutuhkan prefrontal cortex yang bekerja dengan baik untuk mengatur emosi dan berpikir. Ini adalah secara emosi dapat dikelola dan impuls dapat dikendalikan. Namun seringkali setelah putus cinta sistem ini menjadi kurang aktif yang menyebabkan kita jadi kesulitan mengelola emosi

Kognitive System
Selama periode stres otak akan bergeser jauh dengan kognitif atau berpikir dan sistem yang mengatur dan menempatkan sumber saya ke arah sistem emosional. Intinya bagi banyak orang akan ada masalah dengan konsentrasi, organisasi dan memori.






Referensi:

Freeman, R. (2016). The Neurobiology Behind Breakups. https://www.psychologytoday.com/blog/neurosagacity/201608/the-neurobiology-behind-breakups Diakses pada 31 Agustus 2016

Sehatki. (n.d). Manfaat Hormon Cinta Oksitosin. http://www.sehatki.com/manfaat-hormon-cinta-oksitosin.htm. Diakses Pada 1 September 2016

Gani, J S. (2015). Studi: Mengontrol Hormon Dopamin Bisa Atasi Ketergantungan Alkohol. http://health.detik.com/read/2015/10/17/140811/3046356/763/studi-mengontrol-hormon-dopamin-bisa-atasi-ketergantungan-alkohol. Diakses Pada 1 September 2016

Wednesday, August 3, 2016

Mengapa Orang Bisa Mengalami Gangguan Perilaku?

Gangguan Perilaku
Dalam dunia modern ini, semakin banyak orang yang mengalami gangguan perilaku, misalnya gangguan bipolar, kecemasan, panik dan lain sebagainya. Namun pernahkah terpikirkan oleh Anda apa yang melatarbelakangi gangguan tersebut? 

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Artinya setiap manusia memiliki kemungkinan untuk menjadi tidak normal. Setiap manusia tentu tidak ingin hal yang tidak normal itu terjadi pada dirinya. Namun ada beberapa penyebab yang tidak disadari oleh kebanyakan orang yang menjadikan dirinya tidak normal. Menurut Adler, minat sosial yang tidak berkembang dengan baik dapat melatarbelakangi berbagai jenis gangguan perilaku. Selain minat sosial yang buruk, orang-orang neurotik cenderung membuat tujuan yang terlalu tinggi, memakai gaya hidup kaku, dan hidup dalam dunianya sendiri. Tiga ciri ini diiringi dengan minat sosial yang buruk. Orang-orang neurotic biasanya membuat tujuan hidup yang tinggi dikarenakan untuk mengkompensasi rasa inferioritas nya yang tinggi. Tujuan yang terlalu tinggi itu membuat tingkah lakunya menjadi kaku (harus sesuai dengan aturan). Tujuan yang terlalu tinggi tersebut menjadikannya terpisah dengan orang-orang sekelilingnya yang menjadikan ia hidup di dunianya sendiri.


Faktor Eksternal Dalam Gangguan Perilaku

Ada tiga faktor yang melatarbelakangi gangguan perilaku. Tidak harus ketiga faktor tersebut terpenuhi, satu faktor saja sudah cukup membuat orang perilakunya terganggu. Tiga faktor tersebut adalah cacat fisik, gaya hidup manja dan gaya hidup diabaikan.

1. Cacat Fisik
Cacat fisik saja tidak cukup untuk membuat seseorang mengalami gangguan perilaku. Orang yang cacat fisik jika diikuti dengan perasaan inferior berlebihan baru akan bisa membuat seseorang terganggu perilakunya. Perasaan inferior itu mungkin didorong oleh cacat fisik, namun hal itu sebenarnya merupakan ciptaan dari diri kreatif.

2. Gaya Hidup Manja
Gaya hidup manja menjadi sumber utama penyebab gangguan perilaku. Anak manja memiliki nilai sosial yang rendah dan kurang aktivitas. Mereka juga ingin mempertahankan pemandian itu dan akan mengembangkan hubungan parasit dengan ibunya ke orang lain. Mereka mengharapkan diperhatikan oleh orang lain dan memuaskan keinginannya yang mementingkan diri sendiri. Ciri yang lain dari anak yang dimanja yaitu mudah putus asa, selalu ragu-ragu, sangat sensitif, tidak sabaran dan emosional khususnya dalam hal kecemasan. Mereka menganggap orang lain itu ada untuk melayani dirinya seperti yang dilakukan oleh orangtuanya. Mereka melihat dunia dengan kecamata pribadi dan meyakini bahwa mereka dilahirkan untuk menjadi nomor satu

Sebenarnya anak yang dimanja sangat kurang dicintai oleh orang tuanya. Mereka terlalu dilindungi dari tanggung jawab yang harus ia lakukan. Orang tuanya menunjukkan rasa tidak cintanya melalui mengerjakan segala hal yang menjadi tugas anak seakan-akan si anak tidak mampu melakukan apapun bahkan masalahnya sendiri. Anak yang dimanja juga kan merasa diabaikan ketika ia sedang jauh dari orang tuanya, karena ini sudah terbiasa untuk dilindungi oleh orang tuanya. Setiap kali anak sedang sendiri ia akan merasa diabaikan oleh sebab itu akan membuat dirinya merasa semakin inferior.


3. Gaya Hidup Diabaikan
Anak yang merasa tidak dicintai dan tidak diharapkan akan mengembangkan gaya hidup diabaikan. Diabaikan merupakan konsep yang relatif, karena sebenarnya tidak ada orang yang benar-benar mutlak diabaikan. Buktinya adalah pertumbuhan dia sampai saat ini adalah bukti bahwa ada seseorang yang merawatnya sejak ia masih bayi. Itu berarti ada bibit minat sosial yang ada dalam jiwanya.

Anak yang diperlakukan salah dan disiksa akan memiliki minat sosial yang rendah. Dan cenderung akan menciptakan kehidupannya pada orang yang mengasihinya. Mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan suka membesar-besarkan masalah. Mereka beranggapan bahwa semua orang ingin karena ia biasa diperlakukan begitu. Mereka menganggap masyarakat adalah musuh dan merasa dirinya terpisah dengan semua orang dan cemburu dengan keberhasilan orang lain.


Kecenderungan Pengamanan (Safeguarding)
Semua orang neurotik menciptakan pengamanan terhadap harga dirinya dan mempertahankan gaya hidupnya neurotik. Kecenderungan pengamanan dalam bentuk yang ringan itu dilakukan oleh semua orang, namun orang yang neurotik melakukannya secara berlebihan demi memperoleh harga diri. Namun sebenarnya kecenderungan pengamanan itu merusak diri sendiri karena mengembangkan superioritas pribadi yang menghambat si pelaku memperoleh harga diri yang otentik. Menurut Adler orang yang neurotik itu sebenarnya sudah tahu kalau ia akan lebih aman jika ia berhenti dari keegoisannya dan mengembangkan interest kepada orang lain.

Psikologi individual menganalisa bahwa orang diuretik sebenarnya takut kalau superioritas personal yang dikejarnya adalah sebuah kesalahan. Lalu mereka akan kehilangan penghargaan dari masyarakat. Untuk mengkompensasi rasa tidak nyaman ini, mereka membangun kecenderungan pengamanan untuk melindungi rasa malu akibat perasaan inferior yang berlebihan.

Ada tigaa jenis kecenderungan pengamanan yaitu excuses (alasan), agresi an menarik diri (withdrawal).

1. Excuses (Alasan)
a. Pada alasan “ya, tetapi” orang pertama menyatakan suatu hal yang disukai orang lain kemudian diikuti dengan alasan. Misalnya seorang ibu mengatakan “saya sebenarnya senang kuliah, tapi anak saya membutuhkan terlalu banyak perhatian saya”. Seorang pimpinan mengatakan “saya setuju dengan proposal anda, tapi kebijakan perusahaan tidak mengijinkan”. Alasan “ya tapi” digunakan untuk mengurangi harga diri yang jatuh

b. Alasan “seandainya jika” dinyatakan dengan cara berbeda. “Seandainya jika saya mendapat fasilitas, saya akan sukses”. “Seandainya jika saya tidak memiliki hambatan fisik, maka produktivitas saya akan meningkat”. Alasan “seandainya jika” ini digunakan untuk melindungi perasaan lemah dari harga diri dan menipu orang lain untuk percaya bahwa mereka sesungguhnya lebih superior dari kenyataan yang ada

2. Agresi
Orang neurotik menggunakan agresi untuk mengamankan superioritas yang berlebihan dan melindungi harga diri yang rentan. Ada tiga macam agresi ya itu depresiasi merendahkan, akusasi dan self akusasi. 

a. Merendahkan
Adalah kecenderungan untuk menilai rendah prestasi orang lain dan menilai tinggi prestasi diri sendiri. Kecenderungan ini ada pada perilaku seperti sadisme, gosip, kecemburuan dan tidak toleran. Tujuan dari depresiasi adalah untuk merendahkan orang, sehingga jika dibandingkan, penderita akan kelihatan lebih baik. Jadi sebenarnya orang bergosip itu karena merasa lebih rendah dari orang yang dibicarakan.

b. Menuduh
Adalah kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas kegagalannya sendiri dan kecenderungan untuk mencari pembalasan dendam, sehingga mengamankan kelemahan harga dirinya. Penderita neurotik sering bertingkah laku yang membuat lingkungannya lebih menderita dari dirinya. Jadi jika ada orang yang suka menyiksa anaknya itu dikarenakan ia telah gagal menjadi seorang anak untuk orang tuanya dan menutupi kerendahan harga diri itu dengan menyiksa anaknya sendiri.

c. Menuduh Diri Sendiri
Ditandai dengan menyiksa diri sendiri dan memiliki perasaan berdosa. Menyiksa diri biasanya terjadi pada penderita depresi yang maksudnya untuk mengamankan agar kekuatan neurotiknya tidak menyakiti orang lain. Menuduh diri sendiri dapat dipandang sebagai kebalikan dari depresiasi. Jika diapresiasi menyalahkan orang lain agar diri tampil bagus, menuduh diri sendiri menilai diri rendah dengan tujuan semua kesalahan orang dibebankan pada dirinya untuk melindungi harga dirinya

3. Menarik Diri (Withdrawal)
Adalah kecenderungan untuk melarikan diri dari kesulitan, mengamankan diri dengan cara mengambil jarak. Ada empat jenis withdrawal yaitu mundur, diam ditempat, ragu-ragu dan membuat hambatan setitik semua itu tujuannya agar tidak terjadi penurunan harga diri

a. Mundur
Konsep ini hampir mirip dengan konsep regresi dari Freud dalam hal mundur ke tahap sebelumnya yang lebih aman. Kalau regresi tidak disadari dan melibatkan represi pengalaman yang menyakitkan, kalau mundur sering disadari yang bertujuan untuk menjadi superior. Singkatnya orang akan mundur perilakunya dari usia sebenarnya untuk mencari perhatian dari orang lain. Biasanya sikap ini muncul pada anak yang dimanjakan. Percobaan bunuh diri adalah usaha untuk menarik perhatian orang lain, memaksa orang lain untuk mengasihaninya dan melindungi dirinya agar tetap hidup.

b. Diam di Tempat
Konsep ini mirip dengan konsep fiksasi dari Freud yang menghambat perkembangan normal. Bedanya, kalau diam di tempat itu dilakukan secara sadar. Orang yang diam tidak bergerak ke manapun, menolak semua tanggung jawab dengan menarik diri dari semua ancaman kegagalan. Mereka memilih untuk tidak melakukan apapun agar orang lain tidak tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan hal itu. Istilahnya “cari aman”. Orang yang tidak pernah ikut tes di PTN tidak akan pernah merasakan kegagalan tes, anak yang malu dan menjauhi temannya tidak pernah merasa ditolak oleh temannya. Dengan tidak mengerjakan apapun, orang melindungi harga diri dari kegagalan.

 c. Ragu-Ragu
Berhubungan erat dengan diam di tempat. Banyak orang yang ragu dalam menghadapi persoalan yang sulit. Akhirnya timbulah mengulur waktu yang menjadi cara pengamanan yang efektif, sehingga masalah tidak perlu dihadapi.

d. Membangun Hambatan
Adalah bentuk yang hampir mirip dengan alasan “seandainya jika”. Orang akan membuat suatu halangan yang sekiranya bisa ia hadapi, kemudian ia melakukan pekerjaan itu dan berhasil melewati penghalang yang ia buat. Dengan cara itu dia bisa mempertahankan harga dirinya. Misalnya seseorang ingin membuat suatu kaligrafi, lalu dengan sengaja ia membuat jaringnya terluka. Lalu dia lanjut membuat kaligrafi. Seakan-akan dalam hatinya berkata “aku hebat kan walaupun jariku terluka aku tetap dapat membuat kaligrafi yang indah”.

http://servoclinic.com/2017/05/10/mengapa-orang-bisa-mengalami-gangguan-perilaku/
 

Wednesday, July 27, 2016

Mengapa Manusia Butuh Bersosialisasi?

sosialisasi
Bersosialisasi
Mungkin banyak diantara orang orang yang bertanya, sebenarnya mengapa manusia butuh bersosialisasi? lalu apa yang terjadi kalau manusia tidak bersosialisasi?

Seorang psikolog dan fisikawan asal austria, Alfred Adler mencoba menjawab pertanyaan ini melalui sebuah teori yang dicetuskannya yang ia beri nama psikologi individual. Adler mengatakan bahwa ada daya motivasi yang mendorong manusia berperilaku. Daya motivasi itu dinamakan "dorongan superioritas (menuju kesempurnaan)". Dorongan tersebut semakin membuat manusia semakin dekat dengan apa yang diidealkan. Hal ini berlawanan dengan yang dikatakan oleh Sigmund Freud bahwa kehidupan masa kini itu dipengaruhi oleh masa lalu seperti trauma masa kecil menyebabkan kehidupan kita saat ini berantakan. Sedangkan menurut Adler justru dorongan motivasi untuk mencapai kesempurnaan di masa depanlah yang menjadi penentu masa kini. Untuk mendukung dorongan menuju kesempurnaan, Adler menyatakan bahwa ada ide lain yakni minat sosial yang akan menjadi pertimbangan seseorang dalam mencapai kesempurnaan itu. Inti dari teori psikologi individual ini yaitu sesungguhnya manusia itu lahir dengan tubuh yang lemah dan perasaan inferior, oleh karena itu manusia butuh menyatu dengan manusia lain.

Prinsip Prinsip Psikologi Individual

Superioritas
Lahirnya teori psikologi individual juga dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya Adler. Adler dari kecil fisiknya lemah dan sakit sakitan, oleh sebab itu ia bersaing dengan kakak laki lakinya yang fisiknya sehat. Oleh sebab itu psikologi individual mengajarkan bahwa seseorang memulai hidupnya dengan kelemahan fisik yang menyebabkan perasaan inferior. Oleh sebab itu terbentuk sebuah rasa ingin menjadi superioritas.

Adler berpendapat bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh tujuan akhir. Pada awalnya orang orang mengejar tujuan awal, namun setelah mengetahui tujuan akhir, orang tersebut perilakunya akan lebih terarah.

Superioritas manusia muncul karena ingin menolong orang lain dan memandang orang lain bukan sebagai lawan, melainkan pihak yang dapat diajak bekerjasama mencapai kepentingan sosial. Namun orang yang ingin mencapai tujuan pribadi daripada tujuan untuk kepentingan umum, maka hal tersebut sudah dikategorikan dalam perkembangan yang abnormal. Superioritas pribadi muncul karena rasa inferioritas yang berlebihan seperti misalnya para pencuri, mereka memiliki rasa minder yang amat besar pada orang lain dalam bidang ekonomi, oleh sebab itu untuk menutupi inferioritasnya dan untuk mencapai superioritas dengan cara mencuri tersebut.

Persepsi Subjektif
Untuk mengatasi inferioritas seseorang lebih menggunakan persepsi subjektif yang belum tentu sesuai dengan kenytaan. Atau biasanya merupakan harapan masa depan. Kepribadian manusia terbentuk oleh bagaimana persepsinya terhadap masa depan. Tujuan akhir akan membentuk gaya hidup dan membentuk kepribadian menjadi kesatuan. Dan kalau tujuan itu dipahami, maka  akan memberi tujuan kepada setiap tingkah laku. Misalnya saja seseorang yang sadar bahwa tujuan akhirnya adalah akhirat (kehidupan setelah mati) maka segala bentuk tingkah lakunya bertujuan untuk akhirat.

Kesatuan Kepribadian
Adler memandang bahwa kepribadian merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga pikiran, perasaan dan tindakan mengarah pada satu tujuan. Ada 2 cara untuk mengenali kesatuan kepribadian manusia.

  • Bahasa Organ
  • Ketika salah satu organ tubuh kita bermasalah, maka akan mengganggu kinerja organ tubuh yang lain. Misalnya jika hidung tidak mampu menyaring udara, maka akan mengganggu paru paru. Kemudian bahasa organ juga bisa dipengaruhi oleh psikologis seseorang. Misalnya seorang anak sebenarnya sangat tidak menyukai apa yang disuruh orangtuanya, namun anak itu melakukannya karena takut. Pada saat bangun di pagi hari anak tersebut ngompol hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Dalam artian "tubuh berusaha memberontak melalui bahasa organ untuk menunjukkan ketidaksetujuannya". 

  • Kesadaran Dan Ketidaksadaran
  • Pikiran sadar itu yang dipahami oleh seseorang untuk mencapai kesuksesan, sedangkan pikiran bawah sadar itu meliputi tujuan final yang belum dipahami oleh individu tersebut. Apapun yang dianggap tidak membantu akan ditekan ke bawah sadar. Namun pikiran itu disadari atau tidak tujuannya untuk mencapai superioritas.
Minat Sosial
Orang yang minat sosialnya berkembang dengan baik, ia berjuang bukan untuk superioritas pribadi, melainkan untuk melainkan untuk memajukan kepentingan sosial.

Perkembangan Minat Sosial

Meskipun minat sosial itu ada sejak lahir, hal itu terlalu lemah untuk berkembang dengan sendirinya. Maka dari itu tugas ibulah yang mengembangkan potensi minat sosial tersebut. Hal ini karena sejak dalam kandungan, bayi sudah memiliki kesatuan dengan ibunya, bahkan setelah lahirpun bayi ingin mempertahankan kesatuan itu melalui menyusu pada ibunya. Bayi sangat tergantung pada ibunya untuk memuaskan kebutuhan fisik dan psikologisnya.

Karena minat sosial dikembangkan oleh hubungan ibu anak, maka kadar minat sosial tiap anak berbeda beda. Ibu seharusnya memegang prinsip untuk lebih fokus pada kesejahteraan anak, bukan keinginan ibu. Hubungan cinta yang berkembang bbaik berasal dari rasa kepedulian terhadap orang lain. Ibu yang paham bagaimana memberi dan menerima cinta dari orang lain tidak akan kesulitan untuk memperluas minat sosial anaknya.

Dengan mengamati minat sosial ibunya, anak akan sadar bahwa ada orang lain selain dirinya dan ibunya yang lebih penting. Ibu harus seimbang dalam memberi cinta terhadap anak, suami dan masyarakat. Jika ibu berlebihan memberi cinta pada anak, maka anak menjadi dimanja, sementara jika ibu lebih cinta suami dan masyarakat, anak akan menjadi terabaikan. Kedua kesalahan itu menghambat kemampuan kerjasama pada anak.

Ayah adalah orang penting kedua setelah ibunya. Dia punya fungsi yang sulit dan hanya sedikit ayah yang berhasil. Dia harus punya sikap yang baik terhadap istri, pekerjaan dan masyarakat. Ayah yang ideal adalah yang bekerjasama dengan istrinya dalam mendidik anak. menurut Adler ayah sukses tidak melakukan dua kesalahan yaitu mengabaikan anak dan otoriter, karena kesalahan keduanya menghambat perkembangan minat sosial anak.

Kesalahan yang pertama, anak akan merasa diabaikan dan akan timbul kasih sayang yang neurotik kepada ibunya. Anak juga akan mencari tujuan superioritas pribadi. Kesalahan kedua, Orangtua otoriter juga memungkinkan anaknya memiliki gaya hidup yang neurotik. Ayah melihat ayahnya sebagai seseorang yang berjuang untuk mendapatkan kekuasaan untuk superioritas pribadi.

Dampak dari lingkungan sosial akan sangat berpengaruh. Sejak anak berusia lebih dari 5 tahun, peran hereditas (keturunan) akan mulai kabur. Jika ia belajar, maka bisa mengubah hampir semua aspek kepribadiannya. Menurut Adler, bayi secara alami mengembangkan cinta dan kasih sayang dengan orang lain. Ketidakberdayaan bayi menjadi pendorong terhadap sikap keibuan. Adler menolak panangan Freud bahwa pada dasarnya manusia itu narsistik (mementingkan diri sendiri). Menurut Adler, orang menjadi narsistik karena asuhan ibu tidak mampu mengembangkan minat sosial. Narsistik adalah bentuk neurotik yang tidak dilahirkan, namun dikemangkan dari hubungan ibu-anak yang neurotik, yaitu pola asuh pengabaian dan pemanjaan.

Kriteria Nilai Nilai Kemanusiaan

Minat sosial menjadi satu satunya tolak ukur kesehatan jiwa seseorang. Tingginya minat sosial seseorang menunjukkan kematangan psikologisnya. Orang yang sehat, peduli kepada orang lain dan mempunyai tujuan sukses bagi kesejahteraan orang banyak. Hidup akan menjadi bermakna dari sumbangan pribadi ke orang lain dan sumbangan pribadi ke generasi penerusnya.

Minat sosial tidak sama dengan dermawan. Orang dermawan bisa dimotivasi oleh minat sosial, namun bisa juga tidak. Seorang yang kaya raya menyumbang rutin tiap bulan berupa uang dar barang kepada fakir miskin bukan karena dia merasa satu kesatuan dengan fakir miskin tapi karena memang ia ingin merasa terpisah dengan fakir miskin seolah olah berkata "Kamu semua inferior, dan saya superior, sumbangan ini membuktikan superioritas saya".

Gaya Hidup
Dalam konsep gaya hidup ini Adler menjelaskan keunikan manusia. Setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, dan ingin mencapai superioritas serta diwarnai dengan minat sosial ataupun tidak. Namun dalam usahanya untuk mencapai semua itu, setiap orang punya cara yang berbeda-beda. Itulah yang dimaksud gaya hidup.

Jumlah hidup sebanding dengan jumlah manusia misalnya seseorang berjuang untuk superior dalam bidang kekuatan fisik, maka orang tersebut akan senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan fisik seperti sepak bola. Kemudian ada orang yang berjuang mencapai superioritas intelektual, maka orang tersebut menghabiskan banyak waktu nya membaca buku.

Gaya hidup tidak hanya dibentuk oleh faktor keturunan dan lingkungan objektif saja melainkan juga melalui pandangan orang tersebut terhadap keduanya. Misalnya ada seseorang yang tinggal di lingkungan pencopet. Lalu kemudian ia lebih memilih untuk keluar dari bidang itu karena dalam pandangannya mencapai itu hal yang tidak baik.

Menurut adler, hidup ini ditentukan oleh kompensasi dari inferioritas inferioritas yang ada pada diri seseorang. Misalnya anak yang lemah akan mengembangkan kehidupan menghasilkan kekuatan (Napoleon sang penakluk bersumber dari tubuh yang kecil)

Kekuatan Kreatif Self
Self kreatif adalah kekuatan ketika setelah “keturunan” dan “lingkungan” yang menentukan tingkah laku. Kata Adler, keturunan memberi “kemampuan tertentu” dan lingkungan memberi “kesan tertentu”. Nah, untuk bagaimana manusia mengalami dan menginterpretasi keduanya disebut bahan. Self kreatif memanfaatkan bahan tersebut untuk membangun sikap dalam kehidupan. Jadi, diri kreatif adalah suatu alat yang digunakan untuk mengolah fakta-fakta dunia lalu kemudian mentransformasikannya menjadi kepribadian yang bersifat subjektif. Diri kreatif memberi arti kepada kehidupan serta menciptakan tujuan maupun cara untuk mencapainya. Misalnya ada seseorang keturunan guru yang tinggal dalam lingkungan yang (maaf) kurang berpendidikan. Lalu dia mulai menginterpretasi keadaan tersebut menjadi “wah, di lingkunganku banyak orang yang kurang (maaf) berpendidikan, jadi aku harus memberikan contoh yang baik yang bertujuan untuk mendidik”. Nah dari situlah peran dari diri kreatif yaitu menginterpretasi hal dari keturunan dan lingkungan, kemudian diinternalisasi menjadi suatu kepribadian.

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Wednesday, June 8, 2016

Prinsip Prinsip Kondisioning Klasik

Prinsip Kondisioning Klasik
Pada artikel sebelumnya kita telah membahas tentang mengenal lebih jauh teori kondisioning kali ini kita akan membahas tentang prinsip-prinsip dalam kondisioning klasik. Kondisioning klasik terjadi pada setiap spesies makhluk hidup, mulai dari cacing hingga manusia. Beberapa prinsip dari kondisioning klasik yaitu extinction, conditioning tingkat tinggi, generalisasi dan diskriminasi stimulus.

Extinction
Ketika respon terkondisi telah terbentuk, jika anda memberi stimulus terkondisi tanpa disertai stimulus tak terkondisi secara berulang-ulang, maka respon terkondisi akan hilang karena respon terkondisi tidak selalu bertahan selamanya. Proses ini disebut extinction. Jika sebelumnya anda telah melatih kucing anda agar saat dipanggil namanya ia langsung datang, maka ketika anda hanya memanggil namanya saja tanpa memberi makanan secara berulang-ulang yang akan terjadi adalah extinction. Akan tetapi extinction tidak dapat digunakan untuk melupakan yang dipelajari. Mungkin kucing tersebut akan kembali datang kepada anda di hari selanjutnya. Munculnya respon ini disebut spontaneous recovery. Jika anda ingin menghilangkan respon terkondisi sepenuhnya, maka dibutuhkan beberapa sesi extinction.

Kondisioning tingkat tinggi
Terkadang sebuah stimulus netral bisa menjadi stimulus terkondisi ketika dipasangkan dengan stimulus terkondisi lain yang telah terbentuk sebelumnya, yang dinamakan conditioning tingkat tinggi. Jika sebelumnya si kucing datang jika dipanggil namanya, kali ini coba anda tepuk tangan selalu panggil namanya secara berulang. Dengan demikian kucing akan datang ketika anda tepuk tangan.

Kondisioning tingkat tinggi ini dapat menjelaskan mengapa beberapa kata mendorong respon emosional pada diri kita dan mengapa kata-kata tersebut mendorong kita menghasilkan perasaan emosional yang hangat maupun dingin ketika kata-kata ini dipasangkan dengan objek atau kata-kata lainnya yang telah menghasilkan respon emosional, kata-kata ini dapat menghasilkan respon emosional yang sama. Contohnya seseorang akan memberi respon emosi positif terhadap kata ulang tahun karena adanya asosiasi dengan hadiah ulang tahun atau perhatian yang diberikan.

Generalisasi dan diskriminasi stimulus
Setelah sebuah stimulus netral telah berubah menjadi stimulus terkondisi, untuk respon respon tertentu maka simulasi yang lain yang serupa dapat menghasilkan reaksi yang sama. Contohnya bila ada seseorang yang fobia dengan ulat bulu, ia akan fobia dengan hal-hal yang berhubungan dengan bulu atau menyerupai ulat bulu hal ini disebut generalisasi stimulus.

Keadaan sebaliknya dari generalisasi stimulus yaitu diskriminasi stimulus yang menghasilkan respon yang berbeda pada stimulus yang menyerupai stimulus kondisi. Contohnya jika seseorang fabiola dulu dan diikuti dengan rasa gatal, maka orang tersebut hanya takut dengan ulat bulu tanpa takut dengan benda yang menyerupainya.

Wade, C., Tavris, C. (2007). Psikologi Edisi Ke Sembilan Jilid Satu. Jakarta: Erlangga